Lihat sumber Filsafat Bahasa

[[Berkas:"The School of Athens" by Raffaello Sanzio da Urbino.jpg|jmpl|262x262px|''[[Mazhab Athena]]'' (1509-1511) karya [[Raffaello Sanzio]], menampilkan para [[Filsafat Yunani kuno|filsuf Yunani]] terkemuka pada latar ruangan indah yang terinspirasi karya-karya [[arsitektur Yunani Kuno]]]]
{{filsafat}}
'''Filsafat bahasa''' dalam [[filsafat analitik]] mengkaji sifat [[bahasa]], hubungan antara bahasa, pengguna bahasa, dan dunia. Pengkajiannya mencakup sifat makna, intensionalitas, [[Rujukan|referensi]], konstitusi kalimat, konsep, [[Belajar|pembelajaran]], dan [[Pikiran|pemikiran]]. [[Gottlob Frege]] dan [[Bertrand Russell]] merupakan tokoh pentinnya. Kedua ahli dan penulis tersebut diikuti oleh [[Ludwig Wittgenstein]] (''[[Tractatus Logico-Philosophicus]]''), [[Lingkaran Wina]] serta [[Neopositivisme|positivis logis]], dan [[Willard Van Orman Quine]].<ref name="IEP">{{Cite web|title=Philosophy of Language|url=https://www.iep.utm.edu/lang-phi/|website=Internet Encyclopedia of Philosophy|language=en|access-date=24 Desember 2021|archive-date=2023-06-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20230615132016/https://iep.utm.edu/lang-phi/|dead-url=no}}</ref>

Dalam [[filsafat kontinental]], bahasa tidak dipelajari sebagai disiplin ilmu yang terpisah. Sebaliknya, hal tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari banyak bidang pemikiran lain, seperti [[Fenomenologi (filsafat)|fenomenologi]], [[Strukturalisme|semiotika struktural]],<ref name="Kreps">David Kreps, ''Bergson, [https://link.springer.com/chapter/10.1057/9781137412201_2 Complexity and Creative Emergence] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211225082257/https://link.springer.com/chapter/10.1057/9781137412201_2 |date=2021-12-25 }}'', Springer, 2015, halaman 92.</ref> bahasa matematika, [[hermeneutika]], [[eksistensialisme]], [[dekonstruksi]], dan [[teori kritis]].

== Sejarah ==

=== Filsafat kuno ===
Kajian soal bahasa di negara barat telah berlangsung sejak abat ke-5 sebelum Masehi (SM). Kajian soal bahasa telah dimulai oleh sejumlah ahli, diantaranya [[Sokrates|Socrates]], [[Plato]], [[Aristoteles]], dan [[Stoikisme|Stoa]].<ref>Blackburn, S. "History of the Philosophy of Language". [https://cdn.preterhuman.net/texts/thought_and_writing/philosophy/Honderich,%20Ted%20(ed.)%20-%20The%20Oxford%20Companion%20To%20Philosophy.pdf ''The'' ''Oxford Companion to Philosophy''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230507040307/http://cdn.preterhuman.net/texts/thought_and_writing/philosophy/Honderich%2C%20Ted%20%28ed.%29%20-%20The%20Oxford%20Companion%20To%20Philosophy.pdf |date=2023-05-07 }}. ed. Ted Honderich. Oxford: Oxford University Press. 1995. {{ISBN|0-19-866132-0}}</ref> Selain di barat, di India, Yunani dan negara lainnya, spekulasi linguistik telah lebih dahulu munculnya [[Tata bahasa|tradisi gramatikal]] deskripsi sistematis bahasa, yang muncul sekitar abad ke-5 SM di India (lihat Yāska), dan sekitar abad ke-3 SM di Yunani (lihat Rhianus).

Dalam dialog ''Cratylus'', seorang ahli bernama Platon menimbang-nimbang pertanyaan apakah nama-nama benda ditentukan oleh konvensi atau oleh alam atau tidak. Dia mengkritisi konvensionalisme lantaran mengakibatkan konsekuensi aneh, bahwa apa pun dapat secara konvensional dinominasikan dengan nama apa pun. Oleh sebab itu menyebabkan tidak bisa dijelaskan aplikasi nama antara yang benar atau salah. Ia mengklaim bahwa ada kebenaran alami untuk nama. Demi melakukan itu, dia menunjukkan bahwa [[Kata majemuk|kata]] dan frasa majemuk memiliki kisaran kebenaran. Dia juga memberikan pendapat bahwa nama-nama primitif memiliki kebenaran yang alami. Alasannya karena setiap [[fonem]] mewakili ide atau sentimen dasar. Semisalnya, bagi Plato, huruf dan suaranya mewakili gagasan kelembutan. Meski negitu, pada akhir dialog ''Cratylus'' tersebut, dia mengakui bahwa beberapa konvensi sosial juga terlibat, dan ada kesalahan dalam gagasan bahwa fonem memiliki makna individual.<ref>Plato, ''Cratylus'' (c. 360 BCE). Series: [https://assets.cambridge.org/052158/4922/sample/0521584922ws.pdf Cambridge Studies in the Dialogues of Plato. Trans. David Sedley. Cambridge] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303193843/http://assets.cambridge.org/052158/4922/sample/0521584922ws.pdf |date=2016-03-03 }}: University of Cambridge Press. 2003. {{ISBN|978-0-521-58492-0}}</ref> Plato sering dianggap sebagai pendukung realisme ekstrim.

Aristoteles tertarik dengan masalah [[logika]], kategori, dan penciptaan makna. Dia melahirkan sebuah teori yang disebut sebagai ''[[nominalisme]].'' Teori itu memisahkan segala sesuatu ke dalam kategori spesies dan genus. Dalam teori yang dilahirkannya, Aristoteles berpendapat bahwa makna suatu [[predikat]] dibentuk melalui abstraksi persamaan-persamaan antara berbagai hal individu.<ref>Steven K. Strange, (1992) ''[https://www.perlego.com/book/800225/porphyry-on-aristotle-categories-pdf Porphyry: On Aristotle, Categories] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211225082311/https://www.perlego.com/book/800225/porphyry-on-aristotle-categories-pdf |date=2021-12-25 }}''. Ithaca: Cornell University Press. {{ISBN|0-8014-2816-5}}.</ref> Namun, karena Aristoteles menganggap kesamaan ini didasari oleh kesamaan bentuk yang nyata, ia lebih sering dianggap sebagai pendukung " realisme moderat."

[[Stoikisme|Filsuf Stoic]] menyajikan kontribusi penting bagi analisis tata bahasa, membedakan lima bagian pidato: kata benda, kata kerja, [[Nomina|apelatif]] (nama atau [[julukan]] ), [[Konjungsi (bahasa)|konjungsi]] dan [[Artikel (kelas kata)|artikel]]. Mereka juga mengembangkan doktrin canggih terkait ''lektón'' yang berhubungan dengan setiap tanda bahasa, namun berbeda dari tanda itu sendiri dan hal yang dirujuknya. ''Lekton'' ini sendiri memiliki makna arti (atau pengertian) dari pada setiap istilah. Istilah ''Lekton'' dewasa ini sering disebut dengan istilah [[proposisi]]nya.<ref name="Eco">{{Cite book|last=Eco|first=Umberto|date=1986|url=https://archive.org/details/semioticsphiloso00ecou|title=Semiotics and the Philosophy of Language|publisher=Indiana University Press|isbn=9780253203984|page=[https://archive.org/details/semioticsphiloso00ecou/page/30 30]|language=en|quote=BHAGLAND (The Stoic Concept of Lekton.|url-access=registration}}</ref> Hanya proposisi yang dianggap sebagai "pembawa kebenaran" atau "wahana kebenaran" (yaitu, mereka dapat disebut benar atau salah) sedangkan kalimat hanyalah sarana ekspresi mereka. ''Lekta'' yang berbeda juga dapat mengungkapkan hal-hal selain proposisi, seperti perintah, pertanyaan, dan seruan.{{Butuh rujukan|date=September 2017}}

=== Filsafat abad pertengahan ===
Filsuf abad pertengahan sangat tertarik pada seluk-beluk bahasa dan penggunaannya. Bagi banyak skolastik, minat ini dipicu oleh kebutuhan untuk menerjemahkan teks-teks Yunani ke dalam bahasa Latin. Ada beberapa filsuf bahasa yang terkenal pada periode abad pertengahan. Menurut Peter J. King, (meskipun ini telah diperdebatkan), Peter Abelard mengantisipasi teori referensi modern.<ref>King, Peter. ''Peter Abelard.'' Stanford Encyclopedia of Philosophy. http://plato.stanford.edu/entries/abelard/#4 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080514054439/http://plato.stanford.edu/entries/abelard/#4 |date=2008-05-14 }}</ref> Juga, Summa Logicae William dari Ockham mengajukan salah satu proposal serius pertama untuk mengkodifikasi bahasa mental.<ref>Chalmers, D. (1999) "Is there Synonymy in Occam's Mental Language?". Published in ''[http://catdir.loc.gov/catdir/samples/cam032/98038076.pdf The Cambridge Companion to Ockham] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211225082303/http://catdir.loc.gov/catdir/samples/cam032/98038076.pdf |date=2021-12-25 }}'', edited by Paul Vincent Spade. Cambridge: Cambridge University Press. {{ISBN|978-0-521-58244-5}}</ref>

Para skolastik pada massa abad pertengahan terdahulu, seperti Ockham dan [[John Duns Scotus]], memeberikan pendapat bahwa logika sebagai ''scientia sermocinalis'' diartikan sebagai ilmu bahasa. Hal itu berdasarkan hasil studi mereka yaitu elaborasi gagasan linguistik-filosofis yang kompleksitas yang kehalusannya diapresiasi. Banyak permasalahan yang panting dari filsafat bahasa moderen yang telah atasi oleh kedua pemikir abad pertengahan tersebut. Fenomena terkait ambiguitas dan ketidakjelasan mereka dianalisis secara intensif sehingga menyebabkan meningkatnya minat pada masalah yang berhubungan dengan pemakaian kata-kata ''sinkategorematik'' seperti ''dan'', ''tidak,'' ''atau'', ''setiap, dan jika''. Kajian soal kata ''istilah atau''  ''kategoris'' dan sifat-sifatnya juga dikembangkan dengan pesat ketika itu.<ref name="MD">Marconi, D. "Storia della Filosofia del Linguaggio". In ''[http://www.aphex.it/public/file/Content20141210_05.APhEx2,2010RecensioniOrlandoLeparoledellafilosofia.pdf L'Enciclopedia Garzantina della Filosofia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230603001512/http://www.aphex.it/public/file/Content20141210_05.APhEx2,2010RecensioniOrlandoLeparoledellafilosofia.pdf |date=2023-06-03 }}''. ed. Gianni Vattimo. Milan: Garzanti Editori. 1981. {{ISBN|88-11-50515-1}}</ref> Salah satu perkembangan utama skolastik dibidang itu yaitu doktrin ''suppositio.''<ref name="KKP">[[Norman Kretzmann|Kretzmann, N.]], [[Anthony Kenny]] & [[Jan Pinborg]]. (1982) ''[https://assets.cambridge.org/97805213/69336/excerpt/9780521369336_excerpt.pdf Cambridge History of Later Medieval Philosophy] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211225082259/https://assets.cambridge.org/97805213/69336/excerpt/9780521369336_excerpt.pdf |date=2021-12-25 }}''. Cambridge: Cambridge University Press. {{ISBN|0-521-22605-8}}</ref> ''Suppositio'' suatu istilah merupakan interpretasi yang dipersembahkan kepadanya dalam konteks tertentu. Hal ini bisa ''tepat'' atau ''tidak tepat'' (misalnya ketika digunakan dalam [[Metonimia|metonim]], [[metafora]], dan kiasan lainnya). Sebuah suppositio yang tepat, pada waktunya, dapat berupa formal maupun material sesuai dengan saat mengacu pada referensi non-linguistik yang biasa (misalnya dalam "Charles adalah seorang pria"), atau untuk dirinya sendiri sebagai entitas linguistik (misalnya dalam "''Charles'' memiliki tujuh huruf"). Pola klasifikasi seperti itu merupakan pendahulu dari  berbagai perbedaan moderen antara penggunaan dengan penyebutan, dan antara bahasa dengan metabahasa.<ref name="KKP" />

Ada sebuah tradisi yang dikenal dengan tata bahasa spekulatif yang sudah ada sejak abad ke-11 hingga ke-13. Ahli terkemuka pada saat itu adalah Martin dari Dacia dan Thomas dari Erfurt (lihat ''Modistae'').

=== Filsafat moderen ===
Para ahli bahasa dari periode [[Renaisans]] dan [[Barok]], diantaranya [[Athanasius Kircher]], John Wilkins, dan [[Johannes Goropius Becanus]], tergila-gila dengan gagasan bahasa filosofis membalikkan [[Menara Babel|kebingungan bahasa]] yang dipengaruhi oleh penemuan bertahap [[Aksara Han|karakter Cina]] dan [[hieroglif Mesir]] (''[[Horapollo|Hieroglyphica]]'' ). Pemikiran ini seiring dengan gagasan bahwa mungkin ada bahasa musik yang universal.

Dipelopori oleh Jean François Pons dan [[Henry Thomas Colebrooke]] (''editio princeps'' Varadarāja[[Bahasa Sanskerta|, seorang ahli tata bahasa Sanskerta]] abad ke-17, sekitar tahun 1849), para ilmuwan Eropa mulai menyerap [[Vyakarana|tradisi linguistik India]] hanya dari pertengahan abad ke-18.

Dari awal abad ke-19, filsuf Denmark [[Søren Kierkegaard|Soren Kierkegaard]] bersekukuh bahwa bahasa harus memainkan peran yang lebih besar dalam [[filsafat Barat]]. Soren memberikan pendapat bahwa filsafat saja belum cukup fokus pada peran yang dimainkan bahasa dalam kognisi dan bahwa filsafat masa depan harus melanjutkan dengan fokus sadar pada bahasa:

{{cquote|If the claim of philosophers to be unbiased were all it pretends to be, it would also have to take account of language and its whole significance in relation to speculative philosophy&nbsp;... Language is partly something originally given, partly that which develops freely. And just as the individual can never reach the point at which he becomes absolutely independent&nbsp;... so too with language.<ref>Søren Kierkegaard (1813–1855). In Cloeren, H. ''Language and Thought''. Berlin: Walter de Gruyter, 1988.</ref>}}

=== Filsafat kontemporer ===
Ungkapan "pergantian linguistik" digunakan untuk menggambarkan penekanan penting yang diberikan oleh para filsuf kontemporer pada bahasa.

Pada abad ke-20, bahasa mulai memainkan peran sentral dalam filsafat Barat. Salah seorang tokoh berpengaruh yang terlibat dalam perkembangan ini adalah filsuf Jerman bernama [[Gottlob Frege]], melalui karyanya tentang logika filosofis dan filsafat bahasa. Karyanya itu diterbitkan pada akhir abad ke-19 dan mempengaruhi karya [[Filsafat analitik|filsuf analitik]] [[Bertrand Russell|abad ke-20 Bertrand Russell]] dan [[Ludwig Wittgenstein]]. Filsafat bahasa menjadi begitu meresap sehingga untuk sementara waktu, dalam [[Filsafat analitik|lingkaran filsafat analitik]], filsafat secara keseluruhan dipahami sebagai masalah filsafat bahasa.

Karya mendasar dalam [[filsafat kontinental]], adalah ''[[Kajian Linguistik Ferdinand de Saussure|Cours de linguistique générale]]'' [[Ferdinand de Saussure|karya Ferdinand de Saussure]],<ref name="Kreps2">David Kreps, ''Bergson, [https://www.google.co.id/books/edition/Bergson_Complexity_and_Creative_Emergenc/VYlaCwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=Bergson,+Complexity+and+Creative+Emergence&printsec=frontcover Complexity and Creative Emergence]'', Springer, 2015, halaman 92.</ref> diterbitkan secara anumerta pada tahun 1916.

== Topik dan subbidang utama ==

=== Komunikasi ===
Pertama, bidang studi ini berupaya agar penutur dan pendengar lebih memahami apa yang dilakukan satu sama lain dengan bahasa dalam [[komunikasi]], serta bagaimana bahasa itu digunakan secara sosial. Minat khusus meliputi topik, penciptaan bahasa, [[tindak tutur]], dan [[Pemerolehan bahasa|pembelajaran]] bahasa. Kedua, mengkaji pertanyaan tentang bagaimana bahasa berhubungan dengan pikiran pembicara dan penafsir. Fokus utamanya adalah alasan keberhasilan [[Terjemahan|penerjemahan]] kata dan konsep ke dalam padanannya dalam bahasa lain.

=== Komposisi dan bagian ===
Adanya perbedaan bagian-bagian dalam pidato sudah cukup lama diketahui. Salah satu bagiannya adalah [[Kelas kata|kata leksikal]], yang terdiri dari [[Nomina|kata benda]], kata kerja, dan kata sifat. Sebuah pertanyaan besar di berbagai tempat – mungkin satu-satunya pertanyaan terpenting bagi [[Formalisme (seni)|para pemikir formalis]] dan [[Strukturalisme|strukturalis]] – adalah, "Bagaimana makna sebuah kalimat muncul dari bagian-bagiannya tersebut?"
[[Berkas:Syntactic-semantic trees.gif|ka|jmpl|238x238px|Contoh pohon sintaksis]]
Dibidang linguistik [[sintaksis]], cukup banyak aspek masalah komposisi kalimat yang dibahas. Semantik filosofis lebih cenderung fokus kepada prinsip komposisionalitas untuk menjelaskan hubungan antara bagian-bagian yang bermakna serta keseluruhan kalimat. Prinsip komposisionalitas menegaskan bahwa sebuah kalimat dapat dipahami berdasarkan makna ''bagian'' -bagian kalimat (yaitu, kata, morfem) bersama dengan pemahaman tentang ''strukturnya'' (yaitu, sintaksis, logika). Kemudian, proposisi sintaksis disusun ke dalam struktur 'wacana' atau 'narasi', yang juga mengkodekan makna melalui [[pragmatik]] seperti hubungan temporal dan pronominal.<ref>{{Cite book|last=Givón|first=Talmy|date=2001|url=https://books.google.com/books?id=gKf5d5pVensC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Syntax:+An+Introduction&hl=en|title=Syntax: An Introduction|publisher=John Benjamins Publishing|isbn=978-1-58811-066-4|language=en}}</ref>

Penggunaan konsep ''fungsi'' dimungkinkan untuk menggambarkan bagaimana makna leksikal bekerja: mereka juga dapat digunakan untuk menggambarkan makna dari sebuah kalimat. Misalnya dengan menggunakan kalimat "kuda itu merah". Kita dapat memberikan anggapan bahwa "kuda" sebagai produk dari ''fungsi proposisional''. Fungsi ini merupakan operasi bahasa yang mengambil entitas (yang dalam hal ini, kuda) sebagai input dan juga output ''fakta semantik'' tadi (yaitu, proposisi yang diwakili oleh "Kuda itu merah"). Dengan begitu, fungsi proposisional tak lain seperti algoritma. Arti "merah" dalam hal ini adalah apa pun yang mengambil entitas "kuda" dan mengubahnya menjadi pernyataan, "Kuda itu merah."<ref name="Stainton2">Stainton, Robert J. (1996). [[iarchive:philosophicalper0000stai|Philosophical perspectives on language]]. Peterborough, Ont., Broadview Press.</ref>

Setidaknya dua metode umum telah dikembangkan oleh ahli bahasa untuk memahami hubungan antara bagian-bagian dari string linguistik. Selain itu bagaimana hal tersebut disatukan: pohon sintaksis dan semantik. [[Sintaksis|Pohon sintaksis]] mengacu pada kata-kata dan kalimat dengan ''[[tata bahasa]]'' kalimat dalam pikiran. Sementara itu, [[Semantik|pohon semantik]] berfokus pada peran ''makna'' kata-kata dan bagaimana makna tersebut digabungkan untuk memberikan wawasan tentang asal-usul fakta semantik.

=== Pikiran dan bahasa ===

==== Bawaan dan pembelajaran ====
Sejumlah masalah utama dalam persimpangan filsafat bahasa dan filsafat pikiran juga dibahas dalam [[psikolinguistik]] modern. Beberapa pertanyaan pentingnya adalah; Berapa banyak bahasa bawaan?; Apakah penguasaan bahasa merupakan fakultas khusus dalam pikiran?; Apa hubungan antara pikiran dan bahasa?.

Ada tiga pendapat umum terkait masalah pembelajaran bahasa. Pertama, [[Behaviorisme|perspektif behavioris]], yang menyatakan bahwa tidak hanya sebagian besar bahasa yang dipelajari, namun dipelajari juga melalui pengkondisian. Kedua, perspektif pengujian hipotesis, yang memahami pembelajaran anak terkait aturan sintaksis dan makna untuk melibatkan postulasi serta pengujian hipotesis melalui penggunaan fakultas umum kecerdasan. Pilihan terakhir untuk penjelasan adalah [[Nativisme|perspektif bawaan]] yang menyatakan bahwa setidaknya sejumlah pengaturan sintaksis merupakan bawaan dan tertanam, berdasarkan modul pikiran tertentu.<ref name="Fodor">{{Cite book|last=Fodor|first=Jerry A.|last2=Fodor|first2=Professor Jerry A.|last3=Fodor|first3=Jerry|date=1983|url=https://books.google.com/books?id=e7nrSeibJZYC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=The+Modularity+of+Mind:+An+Essay+in+Faculty+Psychology&hl=en|title=The Modularity of Mind: An Essay on Faculty Psychology|publisher=MIT Press|isbn=978-0-262-56025-2|language=en}}</ref><ref name="SP">Pinker, S. (1994) ''L'Istinto del Linguaggio''. Original title: ''[https://www.google.co.id/books/edition/The_Language_Instinct/6KQ4ENWvEuAC?hl=en The Language Instinct]''. 1997. Milan: Arnaldo Mondadori Editori. {{ISBN|88-04-45350-8}}</ref>

Ada banyak gagasan terkait struktur otak dalam perihal bahasa. Salah satunya yaotu [[Koneksionisme|model koneksionis]] yang menekankan bahwa leksikon seseorang dan pemikirannya beroperasi dalam semacam jaringan asosiatif yang terdistribusi.<ref>{{Cite book|last=Churchland|first=Paul M.|date=1996|url=https://books.google.com/books?id=J9D4uhcNvdIC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Engine+of+Reason,+Seat+of+the+Soul&hl=en|title=The Engine of Reason, the Seat of the Soul: A Philosophical Journey Into the Brain|publisher=MIT Press|isbn=978-0-262-53142-9|language=en}}</ref> [[Nativisme|Kemudian yang lainnya, model nativis]] yang menegaskan bahwa ada perangkat khusus di otak yang didedikasikan untuk akuisisi bahasa.<ref name="SP" /> Selanjutnya model komputasi yang menekankan gagasan tentang bahasa pemikiran representasional dan pemrosesan komputasi seperti logika yang dilakukan pikiran atas mereka.<ref>Fodor, J and E. Lepore. (1999) [https://www.uh.edu/~garson/All%20at%20Sea.pdf ''All at Sea in Semantic Space: Churchland on Meaning Similarity''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211225123041/https://www.uh.edu/~garson/All%20at%20Sea.pdf |date=2021-12-25 }}. Journal of Philosophy 96, halaman 381–403.</ref> [[Emergentisme|Lalu model darurat]] yang berfokus pada gagasan bahwa fakultas alam adalah sistem kompleks yang muncul dari bagian biologis yang lebih sederhana..Terakhir [[Reduksionisme|model reduksionis]] yang mencoba menjelaskan proses mental tingkat tinggi dalam kaitannya dengan aktivitas neurofisiologis otak tingkat rendah dasar.<ref>Hofstadter, D.R. (1979) ''[https://www.google.co.id/books/edition/Godel_Escher_Bach/4Lk-uQEACAAJ?hl=en Gödel, Escher, Bach: An Eternal Golden Braid]''. New York: Random House. {{ISBN|0-394-74502-7}}</ref>

==== Bahasa dan pikiran ====
Masalah serius yang menyentuh filsafat bahasa dan [[Filsafat budi|filsafat pikiran]] yaitu sejauh mana bahasa memberikan pengaruh kepada pikiran dan sebaliknya. Ada sejumlah perspektif yang berbeda tentang masalah ini, masing-masing menawarkan sejumlah wawasan dan saran.

Ahli bahasa [[Relativitas linguistik|Sapir dan Whorf]] memberikan saran bahwa bahasa membatasi sejauh mana anggota "komunitas linguistik" dapat berpikir terkait subjek tertentu (sebuah hipotesis yang disejajarkan dengan [[George Orwell|novel George Orwell]], ''[[Nineteen Eighty-Four]]'' ).<ref>Kay, P. and W. Kempton. 1984. "[https://pdfs.semanticscholar.org/8485/4014ff787a590ef6259eeecfcd7a4fe3aaaf.pdf What is the Sapir-Whorf Hypothesis?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230317182504/https://pdfs.semanticscholar.org/8485/4014ff787a590ef6259eeecfcd7a4fe3aaaf.pdf |date=2023-03-17 }}" American Anthropologist 86(1): halaman 65–79.</ref> Dengan begitu, bahasa adalah analitis sebelum berpikir. Filsuf Michael Dummett juga merupakan pendukung sudut pandang "bahasa-pertama".<ref name="BlackwellPhil2">{{Cite book|last=Bunnin|first=Nicholas|last2=Tsui-James|first2=E. P.|year=1999|url=https://archive.org/details/blackwellcompani00bunn_241|title=The Blackwell Companion to Philosophy|location=Oxford|publisher=Blackwell|page=[https://archive.org/details/blackwellcompani00bunn_241/page/n112 97], halaman 120–121|url-access=limited|url-status=live}}</ref>

Ahli bahasa Paul Grice memberikan saran lain dari Sapir dan Whorf yaitu bahwa pemikiran (atau, lebih luas lagi, konten mental) memiliki prioritas di atas bahasa. Posisi "mengutamakan pengetahuan" dapat ditemukan dalam karyanya Paul.<ref name="BlackwellPhil2"/> Kemudian, pandangan tersebut berkaitan erat dengan Jerry Fodor dan hipotesis bahasa pemikirannya. Paul berargumen, bahasa lisan dan tulisan memperoleh intensionalitas dan maknanya sendiri dari bahasa internal yang dikodekan dalam pikiran.<ref name="LOT">{{Cite book|last=Fodor|first=Jerry A.|date=1975|url=https://books.google.com/books?id=XZwGLBYLbg4C&newbks=0&printsec=frontcover&dq=The+Language+of+Thought&hl=en|title=The Language of Thought|publisher=Harvard University Press|isbn=978-0-674-51030-2|language=en}}</ref> Argumen utama Paul yang mendukung pandangan seperti itu adalah, struktur pemikiran dan struktur bahasa tampaknya memiliki karakter komposisional dan sistematis yang sama. Argumen lainnya yaitu, sulitnya untuk menjelaskan bagaimana tanda dan simbol di atas kertas dapat mewakili sesuatu yang bermakna kecuali ada semacam makna yang dimasukkan ke dalamnya oleh isi pikiran. Salah satu argumen utama yang menentang yaitu tingkat bahasa seperti hal tersebut dapat menyebabkan kemunduran yang tak terhingga.<ref name="LOT" /> Walakin, banyak filsuf pikiran dan bahasa, seperti Ruth Millikan, Fred Dretske dan Fodor yang baru-baru ini mengalihkan perhatiannya untuk menjelaskan makna isi dan keadaan mental secara langsung.

Tradisi lain dari para filsuf telah berupaya untuk menampakkan bahwa bahasa dan pemikiran adalah koekstensif – bahwa tidak ada cara lain untuk menjelaskan yang satu tanpa yang lainnya. Dalam esainya yang berjudul “Thought and Talk”, Donald Davidson memberikan argumen bahwa pengertian kepercayaan hanya bisa muncul sebagai produk interaksi linguistik publik saja. [[Daniel Dennett]] memiliki pandangan ''interpretasi'' yang sama tentang [[sikap proposisional]]. Hingga batas tertentu, dasar-dasar teoretis untuk semantik kognitif (termasuk gagasan tentang [[Framing (ilmu sosial)|pembingkaian]] semantik) menunjukkan pengaruh bahasa terhadap pemikiran.<ref>{{Cite book|last=Lakoff|first=George|date=1987|url=https://books.google.com/books?id=s4eqhnb2VugC&newbks=0&hl=en|title=Women, Fire, and Dangerous Things: What Categories Reveal about the Mind|publisher=University of Chicago Press|isbn=978-0-226-46804-4|language=en}}</ref> Akan tetapi, tradisi yang sama memandang makna dan tata bahasa sebagai fungsi konseptualisasi, sehingga sulit untuk menilai secara langsung.

Sejumlah pemikir, seperti [[Gorgias]] sofis kuno, meberikan pertanyaan apakah bahasa mampu menangkap pikiran atau tidak.

{{cquote|...speech can never exactly represent perceptibles, since it is different from them, and perceptibles are apprehended each by the one kind of organ, speech by another. Hence, since the objects of sight cannot be presented to any other organ but sight, and the different sense-organs cannot give their information to one another, similarly speech cannot give any information about perceptibles. Therefore, if anything exists and is comprehended, it is incommunicable.<ref>Giorgias (c. 375 BCE) translated by Kathleen Freeman. In Kaufmann, W. ''Philosophic Classics: Thales to Ockham''. New Jersey: Prentice Hall, Inc. 1961, 1968.</ref>}}

Ada sejumlah penelitian yang memberikan bukti bahwa bahasa membentuk cara orang memahami kausalitas. Diantaranya dibawakan oleh Lera Boroditsky. Semisalnya, penutur bahasa Inggris yang lebih cenderung mengatakan hal-hal seperti "John memecahkan vas" bahkan untuk hal yang tidak disengaja sekalipun. Akan tetapi, jauh berbeda dengan [[Bahasa Jepang|penutur bahasa]] [[Bahasa Spanyol|Spanyol]] atau Jepang yang lebih cenderung mengatakan "vas itu pecah dengan sendirinya". Penutur tersebut tak menyebut siapa yang memecahkannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Caitlin Fausey di [[Universitas Stanford]], penutur bahasa Inggris, Spanyol, dan Jepang menonton video dua orang yang memecahkan balon, memecahkan telur, dan menumpahkan minuman baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Selanjutnya setiap orang diberi pertanyaan apakah mereka dapat memeberi tahu siapa yang berbuat. Penutur bahasa Spanyol dan Jepang tidak memberi tahu siapa pelaku peristiwa yang tidak disengaja dan berbeda dengan penutur bahasa Inggris yang memeberi tahu.<ref>{{Cite web |url=http://csjarchive.cogsci.rpi.edu/Proceedings/2009/papers/559/paper559.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2021-12-25 |archive-date=2012-04-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120426070456/http://csjarchive.cogsci.rpi.edu/Proceedings/2009/papers/559/paper559.pdf |dead-url=yes }}</ref>

[[Bahasa Rusia|Penutur bahasa Rusia]], yang membuat perbedaan dominan antara biru muda dan biru tua dalam bahasa mereka, lebih mampu membedakan warna biru secara visual.  Sebuah suku di [[Brasil]] bernama [[Suku Pirahã|Piraha]], yang bahasanya hanya memiliki sedikit istilah dan banyak alih-alih angka, sehingga tak dapat melacak jumlah yang tepat.<ref>{{Cite web|last=Boroditsky|first=Lera|date=23 Agustus 2010|title=Lost in Translation. New cognitive research suggests that language profoundly influences the way people see the world; a different sense of blame in Japanese and Spanish by Lera Boroditsky|url=https://www.wsj.com/articles/SB10001424052748703467304575383131592767868?mod=WSJEUROPE_hpp_MIDDLETopNews#printMode|publisher=Online.wsj.com|access-date=24 Desember 2021|archive-date=2023-04-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20230423132224/https://www.wsj.com/articles/SB10001424052748703467304575383131592767868?mod=WSJEUROPE_hpp_MIDDLETopNews#printMode|dead-url=no}}</ref>

Disebuh penelitian, sejumlah orang penutur bahasa Jepang dan Spanyol diminta untuk memberikan deskripsi soal objek "lawan jenis" dalam bahasa masing-masing. Dari penelitian itu, deskripsi yang diberikan oleh orang yang diteliti tersebut berbeda dengan cara yang diprediksi berdasarkan [[Gender (tata bahasa)|gender gramatikal]]. Semisalnya, ketika mereka diminta untuk mendeskripsikan "kunci" —kata yang maskulin dalam bahasa Jerman dan feminin dalam bahasa Spanyol— [[Bahasa Jerman|penutur bahasa Jerman]] lebih cenderung menggunakan kata-kata seperti "berat", "logam", "bergerigi", "keras", dan "berguna" sedangkan penutur bahasa Spanyol lebih cenderung mengatakan "rumit", "emas", "indah", "kecil", dan  "mengkilap". Untuk mendeskripsikan "jembatan", yang feminin dalam bahasa Jerman dan maskulin dalam bahasa Spanyol, penutur bahasa Jerman mengatakan "elegan", "indah", "damai", "rapuh", "ramping", dan "cantik" sedagnkan penutur bahasa Spanyol mengatakan "berbahaya", "besar", "panjang", "kokoh", "menjulang", dan "kuat". Hal tersebut terjadi meskipun semua pengujian dilakukan dalam bahasa Inggris, bahasa tanpa membedakan gender gramatikal.<ref>{{Cite web|last=Lera Boroditsky|date=6 November 2009|title=How Does Our Language Shape The Way We Think?|url=http://www.edge.org/3rd_culture/boroditsky09/boroditsky09_index.html|publisher=Edge.org|access-date=24 Desember 2021|archive-date=2023-06-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20230626013259/https://www.edge.org/3rd_culture/boroditsky09/boroditsky09_index.html|dead-url=no}}</ref>

Gary Lupyan dalam serangkaian penelitiannya, sejumlah orang diminta untuk melihat sederertan gambar alien imajiner.<ref>{{Cite web |url=http://sapir.psych.wisc.edu/papers/lupyan_rakison_mcClelland_2007.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2021-12-25 |archive-date=2023-04-19 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230419092031/http://sapir.psych.wisc.edu/papers/lupyan_rakison_mcClelland_2007.pdf |dead-url=no }}</ref> Apakah setiap alien ramah atau bermusuhan ditentukan oleh fitur halus tertentu tetapi orang yang ditelitinya tidak diberi tahu hal itu terkait apa. Mereka yang dijadikan sebagai objek penelitiannya harus menebak apakah setiap alien ramah atau bermusuhan, dan setelah setiap respon mereka diberi tahu apakah mereka benar atau salah. Ia juga membantu mereka mempelajari isyarat halus yang membedakan teman dari musuh. Seperempatnya dari orang yang diteliti diberitahu sebelumnya bahwa alien yang ramah disebut "leebish" dan yang bermusuhan sidebut "grecious", sementara seperempat lainnya diberitahu sebaliknya. Sementara selebihnya para alien tetap tak bernama. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa peserta yang diberi nama untuk alien belajar mengkategorikan alien jauh lebih cepat, bahkan akurasi mencapai 80 persen dalam waktu kurang dari setengah waktu yang dibutuhkan oleh mereka yang tidak menyebutkan namanya. Pada akhir penelitian, mereka yang diteliti diberi tahu nama dapat mengkategorikan 88 persen alien dengan benar, dibandingkan dengan hanya 80 persen untuk yang lainnya. Disimpulkan bahwa penamaan objek membantu kita mengkategorikan dan menghafalnya.

Dalam rangkaian penelitian lainnya,<ref>{{Cite web|last=Gary Lupyan|date=|title=Archived copy|url=https://mywebspace.wisc.edu/lupyan/web/lupyan_2008_jepG.pdf|archive-url=https://web.archive.org/web/20131102193358/https://mywebspace.wisc.edu/lupyan/web/lupyan_2008_jepG.pdf|archive-date=2 November 2013|access-date=24 Desember 2021|url-status=dead}}</ref> sekelompok orang diminta untuk melihat furnitur dari katalog [[IKEA]]. Separuh waktu mereka diminta untuk memberi label pada objek –apakah objek tersebut merupakan kursi atau lampu, misalnya– sementara sisanya mereka harus mengatakan apakah mereka menyukainya atau tidak menyukainya. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa ketika diminta untuk melabeli barang, mereka yang diteliti cenderung tidak mengingat detail spesifik produk, seperti apakah kursi memiliki lengan atau tidak. Disimpulkan bahwa pelabelan objek membantu pikiran kita membangun prototipe objek khas dalam kelompok dengan mengorbankan fitur individu.<ref>{{Cite web|last=David Robson|date=6 September 2010|title=What's in a name? The words behind thought by David Robson|url=https://www.newscientist.com/article/mg20727761.500-whats-in-a-name-the-words-behind-thought.html?full=true|publisher=Newscientist.com|access-date=24 Desember 2021|archive-date=2014-02-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20140209160002/http://www.newscientist.com/article/mg20727761.500-whats-in-a-name-the-words-behind-thought.html?full=true|dead-url=no}}</ref>

=== Istilah "arti" ===
Topik yang sangat banyak memeperoleh perhatian dalam filsafat bahasa adalah "sifat makna". Yaitu topik yang menjelaskan apa itu "makna" dan apa yang kita maksudkan ketika kita berbicara tentang makna itu. Dalam area ini, isu-isu meliputi: sifat [[sinonim]], asal usul makna itu sendiri, pemahaman tentang makna, serta sifat komposisi (pertanyaan tentang bagaimana unit-unit bahasa yang bermakna tersusun dari bagian-bagian bermakna yang lebih kecil, dan bagaimana makna dari bahasa itu. Keseluruhannya berasal dari arti bagian-bagiannya).

Ada sejumlah penjelasan khusus tentang apa [[Semantik|"makna" linguistik]] tersebut. Masing-masingnya telah dikaitkan dengan tubuh sastranya sendiri.

* '''Teori makna ideasional''', paling sering dikaitkan dengan [[Empirisme|empiris]] [[John Locke|Inggris John Locke]], mengklaim bahwa makna adalah representasi mental yang dipicu oleh tanda-tanda.<ref>{{Cite book|last=Nossum|first=Rolf T.|last2=Intelligence|first2=European Coordinating Committee for Artificial|date=1988-12-28|url=https://books.google.com/books?id=YYMaY8a5MFIC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Advanced+Topics+in+Artificial+Intelligence&hl=en|title=Advanced Topics in Artificial Intelligence: 2nd Advanced Course, ACAI '87, Oslo, Norway, July 28 - August 7, 1987|publisher=Springer Science & Business Media|isbn=978-3-540-50676-8|pages=9|language=en|url-status=live}}</ref> Meskipun pandangan tentang makna ini telah diliputi oleh sejumlah masalah sejak awal (lihat artikel utama untuk detailnya), minat terhadapnya telah diperbarui oleh beberapa ahli teori kontemporer dengan kedok ''[[Eksternalisme semantik|internalisme semantik]]''.<ref>Block, Ned. "Conceptual Role Semantics" [http://www.nyu.edu/gsas/dept/philo/faculty/block/papers/ConceptualRoleSemantics.html (online)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211205235509/https://www.nyu.edu/gsas/dept/philo/faculty/block/papers/ConceptualRoleSemantics.html |date=2021-12-05 }}. Diakse pada tanggal 24 Desember 2021</ref>
* '''Teori makna kebenaran-kondisional''' memegang makna sebagai kondisi di mana ekspresi mungkin benar atau salah. Tradisi ini setidaknya kembali ke [[Gottlob Frege|Frege]] dan dikaitkan dengan kumpulan karya modern yang kaya, yang dipelopori oleh para filsuf seperti [[Alfred Tarski]] dan [[Donald Davidson (filsuf)|Donald Davidson]].<ref name="Tarsk">Tarski, Alfred. (1944). "The Semantical Conception of Truth". [http://www.ditext.com/tarski/tarski.html PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110513234333/http://www.ditext.com/tarski/tarski.html |date=2011-05-13 }}. Diakses pada tanggal 24 Desember 2021.</ref><ref name="TandI2">{{Cite book|last=Davidson|first=Donald|date=2001-09-27|url=https://books.google.com/books?id=wH_nCwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Inquiries+into+Truth+and+Interpretation&hl=en|title=Inquiries Into Truth and Interpretation: Philosophical Essays Volume 2|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-924628-1|language=en}}</ref> (Lihat juga teori bahasa bergambar Wittgenstein).
* '''Teori penggunaan makna''', yang paling sering dikaitkan dengan [[Ludwig Wittgenstein|Wittgenstein kemudian]], membantu meresmikan gagasan "makna sebagai penggunaan", dan pandangan [[Komunitarianisme|komunitarian]] tentang bahasa. Wittgenstein tertarik pada cara komunitas menggunakan bahasa, dan sejauh mana hal itu dapat ditempuh.<ref name="LW">Wittgenstein, L. (1958) [https://www.google.co.id/books/edition/Philosophical_Investigations/XN9yyyhYMDoC?hl=en&gbpv=1&dq=Philosophical+Investigations.+Third+edition.+trans&pg=PR8&printsec=frontcover ''Philosophical Investigations''. Third edition. trans]. G. E. M. Anscombe. New York: Macmillan Publishing Co.</ref> Itu juga terkait dengan [[P. F. Strawson|PF Strawson]], [[John Searle]], Robert Brandom, dan lainnya.<ref name="Brand">Brandom, R. (1994) ''[https://www.google.co.id/books/edition/Making_it_Explicit/1ihqvEzZXxMC?hl=en&gbpv=1&dq=making+it+explicit&printsec=frontcover Making it Explicit]''. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. {{ISBN|0-674-54330-0}}</ref>
* '''Teori makna [[Epistemologi konstruktivis|konstruktivis]]''', [[Wicara|mengklaim bahwa pidato]] tidak hanya secara pasif menggambarkan realitas yang diberikan, tetapi juga dapat mengubah realitas (sosial) yang digambarkannya melalui [[tindak tutur]], yang bagi linguistik adalah penemuan yang sama revolusionernya dengan [[fisika]] adalah penemuan yang sangat penting. tindakan [[pengukuran]] dapat mengubah realitas yang diukur itu sendiri. [[Tindak tutur|Teori tindak]] tutur dikembangkan oleh [[J.L. Austin|JL Austin]], meskipun pemikir lain sebelumnya memiliki gagasan serupa.<ref>{{Cite journal|last=Kordić|first=Snježana|author-link=Snježana Kordić|year=1990|title=Filozofija jezika i pragmatika|trans-title=Philosophy of language and pragmatics|url=http://bib.irb.hr/datoteka/446878.rec_PUPOVAC.PDF|journal=Revija|language=sh|location=Osijek|volume=30|issue=7|page=99|issn=0034-6888|ssrn=3451166|id={{CROSBI|446878}}|archive-url=https://www.webcitation.org/6AZGjjiCD?url=http://bib.irb.hr/datoteka/446878.rec_PUPOVAC.PDF|archive-date=10 September 2012|access-date=24 Desember 2021|url-status=live}} [http://katalog.nsk.hr/F/?func=direct&doc_number=000147293 (NSK)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220706215356/http://katalog.nsk.hr/F/?func=direct&doc_number=000147293 |date=2022-07-06 }}.</ref>
* '''Teori referensi makna''', juga dikenal secara kolektif sebagai ''[[eksternalisme semantik]]'', memandang makna setara dengan hal-hal di dunia yang benar-benar terhubung dengan tanda. Ada dua subspesies besar dari eksternalisme: sosial dan lingkungan. Yang pertama paling dekat hubungannya dengan Tyler Burge dan yang kedua dengan [[Hilary Putnam]], [[Saul Kripke]] dan lain-lain.<ref>Burge, Tyler. 1979. Individualism and the Mental. ''[https://af.booksc.eu/journal/17448/4/1 Midwest Studies in Philosophy] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211225123050/https://af.booksc.eu/journal/17448/4/1 |date=2021-12-25 }}'' 4: 73-121.</ref><ref>Putnam, H. (1975) [http://internalism.googlegroups.com/web/Putnam%20-%20The%20meaning%20of%20%27meaning%27.pdf?gda=twdJY1oAAABFSTngQf24Sy1RD7yNn1iVgy3Odg0ZctAT1N_Bh2qhdGG1qiJ7UbTIup-M2XPURDQe1sJTwbuelxnpaL6JzH4yeFMfiRQRvg6UTOJgQe0faGtRc9Sp7hcxNJ_gjwZr8bQ "The Meaning of 'Meaning'"] {{Webarchive}}. In ''Language, Mind and Knowledge''. ed. K. Gunderson. Minneapolis: University of Minnesota Press. {{ISBN|88-459-0257-9}}</ref><ref name="SK2">{{Cite book|last=Kripke|first=Saul A.|date=1980|url=https://books.google.com/books?id=9vvAlOBfq0kC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Naming+and+Necessity&hl=en|title=Naming and Necessity|publisher=Harvard University Press|isbn=978-0-674-59846-1|language=en}}</ref>
* [[Verifikasionisme|'''Teori makna verifikasionis''']] [[Neopositivisme|umumnya diasosiasikan dengan gerakan positivisme logis]] awal abad ke-20. Rumusan tradisional teori semacam itu adalah bahwa makna sebuah kalimat adalah metode verifikasi atau pemalsuannya. Dalam bentuk ini, tesis itu ditinggalkan setelah penerimaan oleh sebagian filsuf dari Duhem-Quine tesis dari konfirmasi holisme setelah publikasi [[Willard Van Orman Quine|Quine]]'s 'Dua Dogma dari Empirisme'. Namun, Michael Dummett telah menganjurkan bentuk verifikasionisme yang dimodifikasi sejak tahun 1970-an. Dalam versi ini, ''pemahaman'' (dan karenanya makna) dari sebuah kalimat terdiri dari kemampuan pendengar untuk mengenali demonstrasi (matematis, empiris atau lainnya) dari kebenaran kalimat.<ref name="Dummett">Dummett, M. (1991) [https://www.google.co.id/books/edition/The_Logical_Basis_of_Metaphysics/lvsVFxK3BPcC?hl=en&gbpv=1&dq=The+Logical+Basis+of+Metaphysics.&printsec=frontcover ''The Logical Basis of Metaphysics''.] Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. {{ISBN|88-15-05669-6}}</ref>
* '''Teori makna pragmatis''' adalah teori apa pun di mana makna (atau pemahaman) sebuah kalimat ditentukan oleh konsekuensi penerapannya. Dummett mengaitkan teori makna semacam itu dengan [[Charles Sanders Peirce]] dan pragmatis Amerika awal abad ke-20 lainnya.<ref name="Dummett" />
* '''Teori kontras makna''' menunjukkan bahwa atribusi pengetahuan memiliki struktur terner dari bentuk 'S tahu bahwa 'p' daripada 'q'. Hal ini berbeda dengan pandangan tradisional dimana atribusi pengetahuan memiliki struktur biner dari bentuk 'S' tahu bahwa 'p'.<ref>Schaffer, J., [http://www.jonathanschaffer.org/contrastknow.pdf ''Contrastive Knowledge''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230522063729/http://www.jonathanschaffer.org/contrastknow.pdf |date=2023-05-22 }}, in Gendler and Hawthorne, eds. (2005), Oxford University Press, 235–271; Schaffer, J., [https://socialepistemologydotcom.files.wordpress.com/2015/03/rickless_crit_app2.pdf ''The Contrast-Sensitivity of Knowledge Ascriptions''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150919125146/https://socialepistemologydotcom.files.wordpress.com/2015/03/rickless_crit_app2.pdf |date=2015-09-19 }}, Social Epistemology '''22'''(3): halaman 235–245 (2008).</ref>

Ada teori lain yang membahas makna non-linguistik (yaitu, makna yang disampaikan oleh bahasa tubuh, makna sebagai konsekuensi, dan lain sebagainya).

=== Istilah referensi ===
Referensi disebut sebagai kajian tentang bagaimana bahasa berinteraksi dengan dunia. Ahli bahasa yang mengusulkan teori referensi adalah [[Gottlob Frege]]. Referensi membagi konten semantik dari setiap ekspresi, termasuk juga kalimat yang dibagi menjadi dua komponen yaitu ''sense'' dan ''reference''. Pengertian dari sebuah kalimat adalah buah pikiran yang diungkapkan. Pemikiran seperti ini abstrak, universal dan objektif. Pengertian dari setiap ekspresi sub-kalimat terdiri dari kontribusinya terhadap pemikiran yang diungkapkan oleh kalimat penyematnya. Sebagai penentu referensi dan juga mode penyajian objek yang dirujuk ekspresi adalah indra. [[Referen]]si merupakan objek di dunia yang dipilih oleh kata-kata. Indera kalimat adalah pikiran, sedangkan acuannya adalah nilai kebenaran (benar atau salah). Rujukan kalimat yang tertanam dalam [[Sikap proposisional|anggapan sikap proposisional]] dan konteks buram lainnya adalah indra mereka yang biasa.<ref name="GF">Frege, G. (1892). [http://www.scu.edu.tw/philos/98class/Peng/05.pdf ''On Sense and Reference''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230209165050/http://www.scu.edu.tw/philos/98class/Peng/05.pdf |date=2023-02-09 }}. In ''Frege: Senso, Funzione e Concetto''. eds. [[Eva Picardi]] and [[Carlo Penco]]. Bari: Editori Laterza. 2001. {{ISBN|88-420-6347-9}}</ref>

Dalam berbagai tulisannya, [[Bertrand Russell]] memaparkan alsan alasan-alasan yang berkaitan dengan teori kenalannya dalam [[epistemologi]]. Dalam tulisnnya tersebut, ia menyatakan bahwa satu-satunya ekspresi referensial langsung sebagai "nama yang tepat secara logis". Istilah yang tepat secara logis itu sendiri misalnya ''I'', ''now'', ''here'' dan [[indeksikal|indexicals]] lainnya.<ref>Stanley, Jason. (2006). [http://www.rci.rutgers.edu/~jasoncs/routledge.pdf Philosophy of Language in the Twentieth Century] {{Webarchive}}. Akan datang dalam Panduan Routledge untuk Filsafat Abad Kedua Puluh.</ref><ref>{{Cite book|last=Gaynesford|first=Maximilian de|date=2006-03-02|url=https://books.google.com/books?id=NhJREAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=The+Meaning+of+the+First+Person+Term&hl=en|title=I: The Meaning of the First Person Term|publisher=Clarendon Press|isbn=978-0-19-153704-2|language=en}}</ref> [[Bertrand Russell|Bertrand]] memandang istlah yang tepat dari jenis yang dijelaskan di atas sebagai deskripsi pasti yang disingkat. (lihat ''Teori deskripsi'' ). Oleh sebab itu, Joseph R. Biden  bisa jadi singkatan daripada "Presiden Amerika Serikat saat ini dan suami Jill Biden". Deskripsi pastinya adalah frasa yang menunjukkan (lihat " [[Pada menunjukkan|Tentang Penanda]] ") yang dianalisis oleh Russell ke dalam konstruksi logis yang dikuantifikasi secara eksistensial. Ungkapan itu memberikan arti bahwa ada objek yang memenuhi deskripsi. Meski begitu, objek-objek tersebut tidak dianggap bermakna dengan sendirinya, tetapi hanya memiliki makna dalam [[Proposisi|proposisi yang]] diungkapkan oleh kalimat-kalimat di mana objek-objek tersebut menjadi bagiannya. Dengan begitu, mereka tidak secara langsung referensial dengan cara yang sama seperti nama yang tepat secara logis, bagi Russell.<ref>Russell, B. (1905) "On Denoting". Published in ''Mind''.[http://cscs.umich.edu/~crshalizi/Russell/denoting/ online text] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110411040323/http://cscs.umich.edu/~crshalizi/Russell/denoting/ |date=2011-04-11 }}, Neale, Stephen (1990) Descriptions, Cambridge, Massachusetts: MIT Press.</ref><ref>Russell, B. (1903) [https://people.umass.edu/klement/pom/pom.pdf ''I Principi della Matematica''. Original title: ''The Principles of Mathematics''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230607173112/http://people.umass.edu/klement/pom/pom.pdf |date=2023-06-07 }}. Italian trans. by Enrico Carone and Maurizio Destro. Rome: Newton Compton editori. 1971. {{ISBN|88-8183-730-7}}</ref>

Sementara itu, Frege memberikan argumen bahwa setiap ekspresi rujukan mempunyai arti dan juga rujukan tersendiri. Pandangan "referensi termediasi" seperti itu memiliki keunggulan teoretis tertentu dibandingkan pandangan Mill. Semisalnya, nama referensial bersama, seperti Samuel Clemens dan Mark Twain, menyebabkan masalah untuk tampilan referensial langsung karena mungkin saja seseorang mendengar "Mark Twain merupakan Samuel Clemens" dan terkejut – dengan demikian, konten kognitif mereka tampak cukup berbeda.

Terlepas dari perbedaan pandangan Frege dengan Russell, mereka pada dasarnya disatukan sebagai deskriptivis tentang nama diri. Deskriptivisme seperti hal tersebut dikritik dalam Penamaan dan Kebutuhan [[Saul Kripke]] .

Kripke memberikan istilah "argumen modal" (atau "argumen dari kekakuan"). Ia mempertimbangkan nama Aristoteles dan deskripsi "murid terbesar Plato", "pendiri logika" dan juga "guru Alexander". [[Aristoteles]] secara jelas memenuhi semua deskripsi dan banyak deskripsi lainnya, meski begitu tidak selalu benar bahwa jika Aristoteles ada, maka Aristoteles adalah salah satu, atau semua, dari deskripsi yag muncul tersebut. Adanya Aristoteles bisa saja tanpa melakukan satu pun dari hal-hal yang diketahui oleh anak cucunya sendiri. Atau bahkan telah meninggal sejak ia bayi. Misalkan saja Aristoteles dikaitkan oleh Maria dengan deskripsi "filsuf besar terakhir dari zaman kuno" dan (yang sebenarnya) Aristoteles meninggal saat masih bayi. Selanjutnya, deskripsi Mary sepertinya lebih merujuk kepada Plato. Akan tetapi hal tersebut sangat bersimpangan dengan intuisi. Dengan begitu, nama adalah penanda yang kaku''.'' Hal tersebutlah yang dikemukakan oleh Kripke. Labih tepatnya, menurut Kripke, mereka merujuk pada individu yang sama pada setiap kemungkinan dunia di mana individu itu berada. Masih pada karya itu, Kripke mengartikulasikan sejumlah argumennya yang lain yang melawan deskriptivismenya Frege–Russell.<ref name="SK2"/>

Seluruh upaya filosofis mempelajari referensi telah dikritik oleh ahli bahasa [[Noam Chomsky]] dalam berbagai karya.<ref>{{Cite book|last=Chomsky|first=Noam|last2=Chomsky|first2=Institute Professor & Professor of Linguistics (Emeritus) Noam|date=2000-04-13|url=https://books.google.com/books?id=johr4hURMPgC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=New+horizons+in+the+study+of+language+and+mind.&hl=en|title=New Horizons in the Study of Language and Mind|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-65822-5|language=en}}</ref><ref>Piattelli-Palmarini, Massimo, Juan Uriagereka, and Pello Salaburu, eds. [https://www.google.co.id/books/edition/Of_Minds_and_Language/_7U50vzpUwwC?hl=en&gbpv=1&dq=Of+Minds+and+Language:+A+Dialogue+with+Noam+Chomsky+in+the+Basque+Country.&printsec=frontcover ''Of Minds and Language: A Dialogue with Noam Chomsky in the Basque Country''.] Oxford University Press, 2009, halaman 27.</ref>

=== Interaksi sosial dan bahasa ===
Umunya bahasa diatur oleh konvensi sosial. Hal tersebut berdasarkan klaim umum yang ada. Pertanyaan yang pasti muncul pada topik sekitarnya. Pertanyaanya, Apa sebenarnya yang dimaksud dengan konvensi itu, dan bagaimana cara mempelajarinya?. Pertanyaan selanjutnya, Sejauh mana konvensi itu penting dalam studi bahasa?" David Kellogg Lewis mengusulkan jawaban yang layak untuk pertanyaan pertama dengan menguraikan pandangan bahwa konvensi adalah keteraturan perilaku yang mengabadikan diri secara rasional. Namun, pandangan ini tampaknya bersaing sampai batas tertentu dengan pandangan Gricean tentang makna pembicara, yang membutuhkan salah satu (atau keduanya) untuk dilemahkan jika keduanya dianggap benar.<ref name="BlackwellPhil3">{{Cite book|last=Bunnin|first=Nicholas|last2=Tsui-James|first2=E. P.|year=1999|url=https://archive.org/details/blackwellcompani00bunn_241|title=The Blackwell Companion to Philosophy|location=Oxford|publisher=Blackwell|page=[https://archive.org/details/blackwellcompani00bunn_241/page/n112 97], 120–121|url-access=limited}}</ref>

Sejumlah orang mempertanyakan apakah konvensi relevan dengan studi makna apakah tidak. Ada yang mengusulkan, studi bahasa dapat dilakukan dalam istilah I-Language, atau bahasa internal orang. Ia adalah seorang ahli bernama  [[Noam Chomsky]]. Jika begitu, maka hal tersebut akan merusak pencarian penjelasan dalam kerangka konvensi, dan menurunkan penjelasan tersebut ke domain ''metasemantik''. Istilah ini adalah istilah yang digunakan oleh filsuf bahasa Robert Stainton untuk menggambarkan semua bidang yang mencoba menjelaskan bagaimana fakta semantik timbul.<ref name="Stainton2"/> Sebuah penelitian yang bermanfaat melibatkan pengkajian terhadap kondisi sosial yang memunculkan makna dan bahasa. ''[[Etimologi]]'' (studi tentang asal-usul kata) dan ''[[stilistika]]'' (argumentasi filosofis tentang apa yang membuat "tata bahasa yang baik", relatif terhadap bahasa tertentu) adalah dua contoh bidang lain yang dianggap metasemantik.

Tidak begitu heran jika banyak bidang yang terpisah (tetapi terkait) telah mengkaji topik konvensi linguistik dalam paradigma penelitian mereka sendiri. Anggapan yang menopang setiap pandangan teoretis sangat menarik bagi filsuf bahasa. Semisalnya, salah satu bidang utama sosiologi, [[Teori interaksi simbolik|interaksionisme simbolik]] yang didasarkan kepada pemahaman yang berarti bahwa organisasi sosial manusia hampir seluruhnya didasari pada penggunaan makna.<ref>Teevan, James J. and W.E. Hewitt. (2001) [https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_Sociology/5jT4mk5-uicC?hl=en&gbpv=1&bsq=Introduction+to+Sociology:+A+Canadian+Focus&dq=Introduction+to+Sociology:+A+Canadian+Focus&printsec=frontcover Introduction to Sociology: A Canadian Focus]. Prentice Hall: Toronto, halaman 10.</ref> Oleh karena itu, setiap penjelasan tentang [[struktur sosial]] (seperti [[Pranata|institusi]]) penting memperhitungkan makna bersama yang menciptakan dan menopang struktur tersebut.

Kajian soal kata-kata tertentu yang dipergunakan oelh kebanyakan orang demi mencapai efek emosional dan rasional yang tepat pada pendengar. Baik yang membujuk, menyayangi, memprovokasi, atau yang mengajar. Sejumlah aplikasi relevan di lapangan, termasuk juga pemeriksaan [[propaganda]] dan [[didaktisisme]], pemeriksaan tujuan [[Umpatan|sumpah serapah]] dan [[Peyorasi|merendahkan]] (terutama bagaimana hal tersebut mempengaruhi perilaku orang lain, dan mendefinisikan hubungan). Mungkin juga efek bahasa gender. Hal demikian juga dapat digunakan untuk mempelajari transparansi linguistik (atau berbicara dengan cara yang dapat diakses), serta ucapan performatif dan berbagai tugas yang dapat dilakukan oleh bahasa (disebut "tindak tutur"). Ini juga memiliki aplikasi untuk studi dan interpretasi hukum, dan membantu memberikan wawasan tentang konsep logis dari domain wacana .

[[Teori sastra]] merupakan disiplin ilmu yang menurut sejumlah ahli teori sastra tumpang tindih dengan filsafat bahasa. Hal tersebut menekankan metode yang digunakan pembaca dan kritikus dalam memahami sebuah teks. Bagian ini adalah hasil dari studi soal bagaimana menafsirkan pesan dengan benar. Tidak mengherankan terkait erat dengan disiplin [[hermeneutika]] kuno.

=== Kebenaran ===
Pada akhirnya, para filsuf bahasa mengkaji bagaimana bahasa dan makna berhubungan dengan [[kebenaran]] dan [[Rujukan|realitas yang dirujuk]]. Para filsuf tersebut  kemudian cenderung kurang terpikat pada kalimat mana yang "''benar-benar benar"'', dan malah lebih tertarik dengan jenis makna yang ''benar'' atau ''salah'' . Seorang filsuf bahasa yang memilih pada kebenaran mungkin banyak bertanya apakah kalimat yang dinilai tidak berarti bisa benar atau salah, atau apakah kalimat dapat mengungkapkan proposisi tentang hal-hal yang tidak ada atau tidak, daripada cara kalimat digunakan.{{Butuh rujukan|date=September 2017}}

== Bahasa dan filsafat kontinental ==
Pada [[filsafat kontinental]], bahasa tidak dipelajari sebagai disiplin ilmu yang terpisah, seperti dalam [[filsafat analitik]]. Sebaliknya, itu adalah bagian yang tak terpisahkan dari banyak bidang pemikiran lain, seperti [[Fenomenologi (filsafat)|fenomenologi]], [[Strukturalisme|semiotika struktural]],<ref name="Kreps3">{{Cite book|last=Kreps|first=David|date=2015-08-04|url=https://books.google.com/books?id=VYlaCwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Bergson,+Complexity+and+Creative+Emergence&hl=en|title=Bergson, Complexity and Creative Emergence|publisher=Springer|isbn=978-1-137-41220-1|pages=95|language=en|url-status=live}}</ref> [[hermeneutika]], [[eksistensialisme]], [[strukturalisme]], [[dekonstruksi]], dan [[teori kritis]]. Ide bahasa sering dikaitkan dengan logika yang dalam bahasa Yunani disebut sebagai "[[logos]]" yang berarti dialektika atau wacana. Bahasa dan konsep juga dipandang telah dibentuk oleh sejarah dan politik, atau bahkan oleh filsafat sejarah itu sendiri.

Umumnya, bidang ''hermeneutika'' dan teori interpretasi memberikan peran penting dalam filsafat bahasa dan [[ontologi]] kontinental pada abad ke-20. Hal tersebut diinisiasi oleh [[Martin Heidegger]]. Dia menggabungkan fenomenologi dengan hermeneutika [[Wilhelm Dilthey]] . Heidegger mempercayai bahwa bahasa merupakan salah satu konsep terpenting bagi [[Dasein]] . Heidegger juga percaya bahwa bahasa saat ini usang karena terlalu sering menggunakan kata-kata penting, dan tidak akan memadai untuk studi mendalam tentang Being (''Sein''). Misalnya, ''Sein'' (''makhluk''), kata itu sendiri dipenuhi dengan banyak arti. Dengan begitu, Heidegger menemukan kosakata baru dan [[Stilistika|gaya linguistik]] tersendiri. Hal tersebut berdasarkan [[Etimologi|hubungan kata etimologis]] [[Bahasa Yunani Kuno|Yunani]] dan [[Rumpun bahasa Jermanik|Jerman]] Kuno untuk membedakan kata-kata yang umum digunakan. Dia menghindari kata-kata seperti kesadaran, ego, manusia, alam, dan lain sebagainya. Dan sebaliknya berbicara secara holistik tentang Menjadi-di-dunia, [[Dasein]].

Heidegger membangun teori tentang bahasa dengan konsep baru seperti ''Being-in-the-world'', yang berpusat pada [[Wicara|pidato]]. Heidegger percaya bahwa pidato (berbicara, mendengarkan, diam) merupakan bentuk bahasa yang paling esensial dan murni. Dia mengklaim jika menulis hanyalah pelengkap pidato saja, hal itu karena pembaca bahkan membangun atau menyumbangkan pembicaraan mereka sendiri saat membaca. Fitur yang terpenting dari bahasa adalah ''proyektivitasnya'', gagasan bahwa bahasa mendahului ucapan manusia. Ini berarti bahwa ketika seseorang "dilempar" ke dunia, keberadaannya dicirikan sedari awal oleh pra-pemahaman tertentu terkait dunia. Meski begitu, hanya setelah penamaan, atau "artikulasi kejelasan", seseorang dapat memiliki akses utama ke ''Dasein'' dan ''Being-in-the-World''.<ref name="Being">{{Cite book|last=Heidegger|first=Martin|date=1967|url=https://books.google.com/books?id=S57m5gW0L-MC&newbks=0&hl=en|title=Being and Time|publisher=Blackwell|isbn=978-0-631-19770-6|language=en}}</ref>

[[Hans-Georg Gadamer]] mengembangkan gagasan yang diberikan Heidegger tersebut dan mengusulkan sebuah teori baru yang disebut ontologi hermeneutik yang lebih lengkap. Dalam karyanya, ''Truth and Method'', Gadamer menggambarkan bahasa sebagai "media di mana pemahaman dan kesepakatan substantif terjadi antara dua orang".<ref name="Gadamer">Gadamer, Hans G. (1989) ''[https://www.google.co.id/books/edition/Truth_and_Method/CKG4AAAAIAAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=Truth+and+Method,&dq=Truth+and+Method,&printsec=frontcover Truth and Method]'', New York: Crossroad, 2nd ed., {{ISBN|0-8264-0401-4}}</ref> Tidak hanya itu, Gadamer juga mengklaim bahwa dunia dibentuk secara linguistik yang tai terpisah dari bahasa. Dalam karyanya ia memberikan contoh, monumen dan patung tidak dapat berkomunikasi tanpa bantuan bahasa. Gadamer juga mengklaim bahwa setiap bahasa merupakan pandangan dunia, karena sifat linguistik dunia membebaskan setiap individu dari lingkungan objektif: "... fakta bahwa kita memiliki dunia sama sekali bergantung pada [bahasa] dan menampilkan dirinya di dalamnya". Dunia sebagai dunia ada untuk manusia sebagaimana tidak ada makhluk lain di dunia".<ref name="Gadamer" />

[[Paul Ricœur|Paul Ricoeur]], di sisi lain, mengusulkan hermeneutika yang berhubungan kembali dengan pengertian Yunani asli dari istilah, menekankan penemuan makna tersembunyi dalam istilah samar-samar (atau "simbol") dari [[Filsafat Bahasa Biasa|bahasa biasa]]. Filsuf lain yang telah bekerja dalam tradisi ini termasuk Luigi Pareyson dan [[Jacques Derrida]].<ref name="Volli">Volli, U. (2000) ''[https://www.google.co.id/books/edition/Manuale_di_semiotica/wmscAQAAIAAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=Manuale+di+Semiotica+2000&dq=Manuale+di+Semiotica+2000&printsec=frontcover Manuale di Semiotica]''. Rome-Bari: Editori Laterza. {{ISBN|88-420-5953-6}}</ref>

Studi tentang transmisi, penerimaan, dan makna tanda dan simbol secara umum disebut dengan [[Semiotika]]. Merupakan bahasa manusia (baik alami maupun buatan). Hal itu memungkinkan mereka untuk mengambil keuntungan dari dan memungkinkan juga bagi mereka untuk memanipulasi dunia luar secara efektif untuk menciptakan makna bagi diri mereka sendiri dan mengirimkan makna ini kepada orang lain. Setiap objek, setiap orang, setiap peristiwa, dan setiap kekuatan berkomunikasi (atau menandakan) secara terus menerus. Misalnya dering telepo, adalah telepon. Asap yang saya lihat di cakrawala adalah tanda bahwa ada api. Asap menjadi pertan. Hal-hal dunia, dalam penglihatan tersebut tampaknya dilabeli dengan tepat untuk makhluk cerdas yang hanya perlu menafsirkannya seperti yang dilakukan manusia. Semuanya memiliki arti. Komunikasi yang benar, termasuk penggunaan bahasa manusia, bagaimanapun, membutuhkan seseorang (pengirim) yang mengirim pesan, atau teks, dalam beberapa kode kepada orang lain (penerima). Bahasa dipelajari hanya sejauh itu adalah salah satu dari bentuk-bentuk ini (bentuk yang paling canggih) dari komunikasi. [[Charles Sanders Peirce]], [[Roland Barthes]], dan [[Roman Jakobson]] merupakan sejumlah tokoh penting dalam sejarah semiotika. [[Umberto Eco]], AJ Greimas, [[Louis Hjelmslev]], dan Tullio De Mauro adalah tokoh-tokohnya yang paling terkenal di zaman modern.<ref name="Volli" /> Investigasi tanda-tanda dalam komunikasi non-manusia merujuk pada biosemiotika, bidang yang dicetus pada akhir abad ke-20 oleh Thomas Sebeok bersama dengan Thure von Uexküll .

== Masalah dalam filsafat bahasa ==

=== Sifat bahasa ===
Bahasa kerap kali dianggap sebagai sistem tanda pada [[Semiotika|tradisi semiotik yang]] bersumber dari [[John Locke]] yang kemudian berpuncak pada [[Ferdinand de Saussure|gagasan Saussure]] tentang bahasa sebagai semiologi: sistem interaktif tingkat [[semantik]] dan [[Bahasa formal|simbolik]].<ref>{{Cite book|last=Nöth|first=Winfried|date=1990|url=https://salahlibrary.files.wordpress.com/2017/03/handbook-of-semiotics.pdf|title=Handbook of Semiotics|publisher=Indiana University Press|isbn=978-0-253-20959-7|author-link=Winfried_Nöth|access-date=2021-12-25|archive-date=2021-08-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20210815123646/https://salahlibrary.files.wordpress.com/2017/03/handbook-of-semiotics.pdf|dead-url=yes}}</ref> Membangun [[strukturalisme]] Saussurian, [[Louis Hjelmslev]] melihat organisasi tingkat sebagai komputasi sepenuhnya.<ref>{{Cite book|last=Hjelmslev|first=Louis|date=1969|title=Prolegomena to a Theory of Language|url=https://archive.org/details/prolegomenatothe0000hjel|publisher=University of Wisconsin Press|isbn=0299024709|author-link=Louis_Hjelmslev|orig-year=First published 1943}}</ref>

Filsuf [[Abad Pencerahan|Zaman Pencerahan]] Antoine Arnauld memberikan pendapat bahwa orang telah menciptakan bahasa secara rasional pada proses langkah per langkah demi memenuhi kebutuhan psikologis agar berkomunikasi dengan orang lain.<ref>{{Cite book|last=Arnauld|first=Antoine|last2=Lancelot|first2=Claude|date=1975|url=https://archive.org/details/portroyalgrammar0000lanc|title=General and Rational Grammar : The Port-Royal Grammar|location=The Hague|publisher=Mouton|isbn=902793004X|author-link=Antoine_Arnauld|orig-year=First published 1660|url-access=registration}}</ref> [[Romantisisme Jerman|Romantisme]] pada abad ke-19 memberikan penekanan pada hak pilihan [[agensi|manusia]] dan [[kehendak bebas]] dalam konstruksi makna. Dewasa ini, Eugenio Coșeriu menekankan peran niat dalam proses. Sedangkan yang lain seperti Esa Itkonen percaya bahwa konstruksi sosial bahasa tercipta secara [[Alam bawah sadar|tak sadar]].<ref>{{Cite journal|last=Itkonen|first=Esa|date=2011|title=On Coseriu's legacy|url=http://www.romling.uni-tuebingen.de/energeia/zeitschrift/2011/pdf/On_Coserius_legacy.pdf|journal=Energeia|issue=III|pages=1–29|access-date=24 Desember 2021|archive-date=2020-01-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20200114133703/http://www.romling.uni-tuebingen.de/energeia/zeitschrift/2011/pdf/On_Coserius_legacy.pdf|dead-url=yes}}</ref> Dalam gagasan Saussure, bahasa adalah [[fakta sosial]] yang muncul dari [[interaksi sosial]], tetapi tidak dapat direduksi menjadi tindakan individu atau psikologi manusia, yang mendukung otonomi studi bahasa dari ilmu-ilmu lain.<ref>{{Cite book|last=de Saussure|first=Ferdinand|date=1959|url=https://monoskop.org/images/0/0b/Saussure_Ferdinand_de_Course_in_General_Linguistics_1959.pdf|title=Course in general linguistics|location=New York|publisher=Philosophy Library|isbn=9780231157278|author-link=Ferdinand_de_Saussure|orig-year=terbit pertama kali pada 1916|url-status=live|access-date=2021-12-25|archive-date=2020-04-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20200414113626/https://monoskop.org/images/0/0b/Saussure_Ferdinand_de_Course_in_General_Linguistics_1959.pdf|dead-url=yes}}</ref>

[[Humanisme|Pandangan humanistik]] ditantang oleh teori [[biologi]] bahasa yang menganggap bahasa sebagai [[fenomena alam]].<ref>{{Cite book|last=Lehmann|first=Winfred P.|date=1984|title=New Directions in Linguistics and Semiotics|publisher=John Benjamins|isbn=9789027286437|editor-last=Copeland|editor-first=James E.|pages=17–34|chapter=Mellow glory: see language steadily and see it whole|author-link=Winfred P. Lehmann}}</ref> [[Charles Darwin]] menganggap bahasa sebagai [[spesies]].<ref>{{Cite book|last=Darwin|first=Charles|date=1871|url=http://darwin-online.org.uk/converted/pdf/1889_Descent_F969.pdf|title=The Descent of Man|location=London|publisher=Murray|page=415 pages|author-link=Charles_Darwin|access-date=2021-12-25|archive-date=2023-05-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230519214047/http://darwin-online.org.uk/converted/pdf/1889_Descent_F969.pdf|dead-url=no}}</ref> Linguistik evolusioner abad ke-19 dikembangkan paling jauh oleh [[August Schleicher]] yang membandingkan bahasa dengan [[tumbuhan]], [[hewan]], dan [[kristal]]. Dalam Neo-Darwinisme, [[Richard Dawkins]] dan pendukung [[Memetika|teori replikator budaya lainnya]] menganggap bahasa sebagai populasi [[Viruses of the Mind|virus pikiran]].<ref>{{Cite book|last=Dawkins|first=Richard|date=1993|title=Dennett and his Critics : Demystifying Mind|publisher=Oxford: Blackwell|isbn=9780631185499|editor-last=Dahlbom|editor-first=B.|pages=13–27|chapter=Viruses of the mind|author-link=Richard_Dawkins|chapter-url=http://www.biolinguagem.com/ling_cog_cult/dawkins_1991_virusesofthemind.pdf|access-date=2021-12-25|archive-date=2023-02-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20230210114430/http://www.biolinguagem.com/ling_cog_cult/dawkins_1991_virusesofthemind.pdf|dead-url=no}}</ref> [[Noam Chomsky]], di sisi lain, berpandangan bahwa bahasa bukanlah [[Makhluk hidup|organisme]] tetapi organ, dan bahwa struktur linguistik terkristalisasi.<ref>{{Cite book|last=Chomsky|first=Noam|date=2006|url=https://www.ugr.es/~fmanjon/Language%20and%20Mind.pdf|title=Language and mind.|publisher=Cambridge University Press|isbn=052167493X|author-link=Noam_Chomsky|access-date=2021-12-25|archive-date=2023-05-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20230531111249/https://www.ugr.es/~fmanjon/Language%20and%20Mind.pdf|dead-url=no}}</ref> Hal ini dihipotesiskan disebabkan oleh [[mutasi]] tunggal pada manusia,<ref>{{Cite journal|last=Progovac|first=Liljana|date=2016|title=Review: Why only us? Language and evolution by Robert C. Berwick and Noam Chomsky|url=https://www.linguisticsociety.org/sites/default/files/10_92.4Progovac.pdf|journal=Language|volume=92|issue=4|pages=992–996|doi=10.1353/lan.2016.0085|access-date=24 Desember 2021|archive-date=2023-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230419092032/https://www.linguisticsociety.org/sites/default/files/10_92.4Progovac.pdf|dead-url=no}}</ref> tetapi [[Steven Pinker]] berpendapat bahwa ini adalah hasil dari evolusi bersama [[Evolusi manusia|manusia]] dan budaya.<ref>{{Cite book|last=Pinker|first=Steven|date=1994|url=https://archive.org/stream/PinkerStevenTheLanguageInstinct1995/Pinker_Steven_The_language_instinct_1995_djvu.txt|title=The Language Instinct|location=New York|publisher=William Morrow|isbn=0-688-12141-1|author-link=Steven_Pinker}}</ref>

=== Masalah universal dan komposisi ===
Perdebatan tentang makna ''[[Universal (metafisika)|universal]]'' merupakan salah satu perdebatan yang menarik minat para filsuf. Seseorang mungkin bertanya, seperti, "Ketika orang mengatakan kata ''batu'', apa yang dilambangkan oleh kata itu?" Ada dua jawaban yang mencuat terkait pertanyaan tersebut. Beberapa orang mengatakan bahwa ungkapan itu mewakili beberapa universal yang nyata dan abstrak di dunia yang disebut "batu". Yang lain mengatakan bahwa kata itu adalah singkatan dari beberapa kumpulan batuan individu tertentu yang kita kaitkan hanya dengan nomenklatur. Posisi yang pertama disebut ''[[Realisme filsafat|realisme filosofis]]'', dan yang terakhir disebut ''[[nominalisme]]''.<ref>{{CathEncy|wstitle=Nominalism, Realism, Conceptualism}}</ref>

Masalah tersebut dapat dijelaskan jika kita memeriksa proposisi "Socrates adalah Manusia".

Dari padangan realis, hubungan antara S dan M merupakan hubungan antara dua entitas abstrak. Ada entitas "manusia", dan entitas "Socrates". Keduanya terhubung dalam beberapa cara atau tumpang tindih.

Dari pandangan nominalis, hubungan antara S dan M merupakan hubungan antara entitas tertentu (Socrates) dan kumpulan besar hal-hal tertentu (laki-laki). Menyebut bahwa Socrates merupakan seorang pria berarti mengatakan bahwa Socrates merupakan bagian dari kelas "pria". Perspektif lainnya yaitu menganggap "manusia" sebagai ''milik'' entitas, "Socrates".

Ada pilihan ketiga, yaitu antara nominalisme dengan realisme (ekstrim), umumnya disebut "realisme moderat" dan dikaitkan dengan Aristoteles dan juga Thomas Aquinas. Realis moderat memberikan pendapat bahwa "manusia" mengacu kepada esensi atau bentuk nyata yang benar-benar hadir dan identik di Socrates dan semua manusia lainnya, tetapi "manusia" tidak ada sebagai entitas yang terpisah dan berbeda. Ini merupakan posisi realis, karena "Manusia" itu adalah nyata, selama dia benar-benar ada pada semua manusia; namun ini adalah realisme moderat, karena "Manusia" bukanlah entitas yang terpisah dari manusia yang diinformasikan.

=== Pendekatan formal dan informal ===
Sejauh mana logika formal dapat dimamfaatkan sebagai alat yang efektif dalam analisis serta memahami bahasa alami yaitu pertanyaan lain yang membuat para filsuf bahasa terbagi-bagi. Sementara sebagian besar filsuf, seperti [[Alfred Tarski]], [[Gottlob Frege]], dan juga [[Rudolf Carnap]], tak begitu yakin soal formalisasi bahasa alami, cukup banyak diantara mereka yang mengembangkan bahasa formal untuk digunakan dalam sains atau ''bagian'' formal dari bahasa alami untuk penyelidikan. Beberapa anggota yang paling menonjol dari tradisi semantik formal ini termasuk Tarski, Carnap, Richard Montague dan [[Donald Davidson (filsuf)|Donald Davidson]].<ref>Partee, B. [http://people.umass.edu/partee/docs/Richard_Montague_by_%20Partee_05.pdf Richard Montague (1930–1971)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230210114426/http://people.umass.edu/partee/docs/Richard_Montague_by_%20Partee_05.pdf |date=2023-02-10 }}. In Encyclopedia of Language and Linguistics, 2nd Ed., ed. Keith Brown. Oxford: Elsevier. volume 8, halaman 255–57, 2006.</ref>

Di sisi lain perbedaan, terutama yang menonjol pada 1950-an dan 1960-an, yaitu apa yang disebut "[[Filsafat Bahasa Biasa|filsuf bahasa biasa]]". Filsuf seperti [[P. F. Strawson|PF Strawson]], [[J.L. Austin|John Langshaw Austin]] dan [[Gilbert Ryle]] menekankan pentingnya mempelajari bahasa alami tanpa harus memperhatikan kondisi kebenaran kalimat dan referensi istilah. Para filsuf itu tak percaya bahwa dimensi sosial dan praktis dari makna linguistik dapat ditangkap oleh segala upaya formalisasi menggunakan logika. Logika merupakan satu hal dan bahasa merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda. Bagi mereka, yang terpenting bukanlah ekspresi itu sendiri tetapi apa yang digunakan orang untuk berkomunikasi.<ref>Lycan, W. G. (2008). ''[https://books.google.com/books?id=j94wa55sCU8C&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false Philosophy of Language: A Contemporary Introduction]''. New York: Routledge.</ref>

Dengan begitu, Austin mengembangkan teori [[tindak tutur]]. Teoti ini menggambarkan hal-hal yang dapat dilakukan dengan sebuah kalimat (pernyataan, perintah, pertanyaan, seruan) pada konteks penggunaan yang berbeda pada kesempatan yang berbeda.<ref>{{Cite book|last=Austin|first=J.L.|year=1962|url=https://www.google.co.id/books/edition/How_to_Do_Things_with_Words/V43VS07TGEMC?hl=en&gbpv=1&dq=How+to+Do+Things+With+Words:+The+William+James+Lectures+delivered+at+Harvard+University+in+1955&pg=PP3&printsec=frontcover|title=How to Do Things With Words: The William James Lectures delivered at Harvard University in 1955|location=Oxford|publisher=Clarendon Press|isbn=0-674-41152-8|editor-last=J.O. Urmson.|url-status=live}}</ref> Strawson memberikan pendapat bahwa semantik tabel merupakan kebenaran dari penghubung logis (misalnya, <math> \land </math>, <math> \lor </math>dan <math> \rightarrow </math> ) yang tidak menangkap arti dari bahasa aslinya ("dan", "atau" dan "jika-maka"). Sedangkan gerakan "bahasa biasa" pada dasarnya mati pada 1970-an, pengaruh yang diberikan sangat penting bagi perkembangan bidang teori tindak tutur serta studi [[pragmatik]]. Cukup banyak ide-idenya telah diserap oleh para ahli teori, diantaranya Kent Bach, Robert Brandom, Paul Horwich dan Stephen Neale.<ref name="Brand2">Brandom, R. (1994) [https://altexploit.files.wordpress.com/2017/07/robert-brandom-making-it-explicit_-reasoning-representing-and-discursive-commitment-harvard-university-press-1994.pdf ''Making it Explicit''. Cambridge] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211225123041/https://altexploit.files.wordpress.com/2017/07/robert-brandom-making-it-explicit_-reasoning-representing-and-discursive-commitment-harvard-university-press-1994.pdf |date=2021-12-25 }}, Massachusetts: Harvard University Press. {{ISBN|0-674-54330-0}}</ref> Dalam karya terbaru mereka, pembagian antara semantik dan pragmatik telah menjadi topik diskusi yang hidup pada antarmuka filsafat dan linguistik, semisalnya dalam karya Sperber dan Wilson, Carston dan Levinson.<ref>{{Cite book|last=Sperber|first=Dan|last2=Wilson|first2=Deirdre|date=2001|url=https://www.google.co.id/books/edition/Relevance/2sOKgpYuX4wC?hl=en|title=Relevance : communication and cognition|location=Oxford|publisher=Blackwell Publishers|isbn=9780631198789|edition=2nd|oclc=32589501|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Robyn.|first=Carston|date=2002|url=https://www.google.co.id/books/edition/Thoughts_and_Utterances/cQOQv7bOD_UC?hl=en&gbpv=1&dq=Thoughts+and+utterances+:+the+pragmatics+of+explicit+communication&printsec=frontcover|title=Thoughts and utterances : the pragmatics of explicit communication|location=Oxford, U.K.|publisher=Blackwell Pub|isbn=9780631178910|oclc=49525903|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=C.|first=Levinson, Stephen|date=2000|url=https://www.google.co.id/books/edition/Presumptive_Meanings/wmVDkTTi620C?hl=en&gbpv=1&dq=Presumptive+meanings+:+the+theory+of+generalized+conversational+implicature.&printsec=frontcover|title=Presumptive meanings : the theory of generalized conversational implicature|location=Cambridge, Massachusetts|publisher=MIT Press|isbn=9780262621304|oclc=45733473|url-status=live}}</ref>

Sembari mengingat tradisi-tradisi tersebut, pertanyaan besarnya adalah, apakah ada alasan untuk konflik antara pendekatan formal dan informal masih jauh dari diputuskan. Beberapa ahli teori seperti [[Paul Grice]], sangat skeptis terhadap klaim bahwa ada konflik substansial antara logika dan bahasa alami.<ref>Grice, Paul. [https://www.google.co.id/books/edition/Logic_and_Conversation/O5aHtgAACAAJ?hl=en ''Logic and Conversation'']. Perspectives in the Philosophy of Language''.'' (2000) ed. Robert Stainton.</ref>

=== Terjemahan dan interpretasi ===
Para filsuf bahasa kerap menemukan dua masalah lain yang terus menggelitik, yaitu penerjemahan dan interpretasi. Pada 1950-an, [[Willard Van Orman Quine|WV Quine]] memberikan argumen soal ketidakpastian makna dan referensi yang didasarkan pada prinsip ''terjemahan radikal''. Di ''Word and Object'', Quine meminta pembaca untuk membayangkan situasi di mana mereka dihadapkan dengan kelompok masyarakat adat yang sebelumnya tidak terdokumentasi di mana mereka harus berusaha memahami ucapan dan gerakan yang dibuat oleh anggotanya. Inilah situasi penerjemahan radikal.<ref name="WVQ">{{Cite book|last=Quine|first=Willard Van Orman|date=1960-01|url=https://books.google.com/books?id=tOgQngEACAAJ&newbks=0&hl=en|title=Word and Object|publisher=Technology Press of the Massachusetts Inst. of Technology|isbn=978-0-262-67001-2|language=en}}</ref>

Ia memberikan pernyataan bahwa dalam situasi seperti itu, pada prinsipnya sangat tidak memungkinkan untuk yakin betul akan makna atau acuan yang dilekatkan oleh penutur bahasa masyarakat adat pada sebuah ujaran. Seperti "jika seorang pembicara melihat seekor kelinci dan mengatakan ''gavagai'', apakah yang dia maksudkan adalah kelinci utuh, ekor kelinci, atau bagian temporal kelinci". Langkah yang dapat diambil yaitu memeriksa ujaran tersebut sebagai bagian dari keseluruhan perilaku linguistik individu. Kemudian menggunakan pengamatan tersebut untuk menginterpretasikan makna dari seluruh ujaran yang ada. Berdasarkan hal tersebut, seseorang dapat membentuk manual terjemahannya sendiri. Akan tetapi, karena rujukan yang tak pasti, akan menimbulkan banyak manual seperti hal tersebut dan tidak ada yang lebih benar dari yang lain dari pada itu. Makna bukanlah sesuatu yang dikaitkan dengan satu kata atau kalimat, melainkan sesuatu yang, jika dapat dikaitkan sama sekali, hanya dapat dikaitkan dengan seluruh bahasa bagi Quine, seperti bagi Wittgenstein dan Austin.<ref name="WVQ" /> ''holisme semantik'' merupakan tampilan yang dihasilkan.

[[Donald Davidson (filsuf)|Donald Davidson]] yang terinspirasi dari diskusi Quine memperluas gagasan terjemahan radikal ke interpretasi ucapan dan perilaku dalam satu komunitas linguistik. Ia menamai paham tersebut dengan ''tafsir radikal''. Donald memeberikan saran bahwa makna dari setiap individu dianggap bersumber dari sebuah kalimat hanya dapat ditentukan dengan menghubungkan makna ke banyak, mungkin semua, dari pernyataan individu, serta keadaan mental dan sikap mereka.<ref name="TandI2"/>

=== Ketidakjelasan ===
Ketidakjelasan kata-kata merupakan salah satu masalah yang mengganggu para filsuf bahasa dan logika. Salah satu contoh spesifiknya yaitu di mana keberadaan "kasus-kasus batas" membuat tampaknya mustahil untuk mengatakan apakah suatu predikat itu benar atau salah. Contoh lainnya adalah "tinggi" atau "botak", di mana tidak dapat dikatakan bahwa beberapa kasus garis batas (beberapa orang tertentu) tinggi atau tidak tinggi. Hal itu mengakibatkan ketidakjelasan dan menimbulkan [[Paradoks sorites|paradoks tumpukan]]. Sudah cukup banyak ahli teori yang berusaha untuk memecahkan paradoks tersebut dengan cara logika bernilai- ''n''[[Logika kabur|, seperti logika fuzzy]], yang secara radikal telah menyimpang dari logika dua-nilai klasik.<ref>Sorensen, Roy. (2006) [http://plato.stanford.edu/entries/vagueness/#3 ''Vagueness''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180427113120/https://plato.stanford.edu/entries/vagueness/#3 |date=2018-04-27 }}. Stanford Encyclopedia of Philosophy.</ref>

== Referensi ==
<references />{{Topik filsafat}}{{Authority control}}

{{Authority control}}

[[Kategori:Filsafat| ]]
[[Kategori:Sejarah filsafat]]
[[Kategori:Filsafat Barat]]
[[Kategori:Filsafat ilmu berdasarkan disiplin|bahasa]]
[[Kategori:Filsafat bahasa]]
[[Kategori:Semiotika]]